Serang – Haikal Subagya, remaja 14 tahun asal Pamarayan, Kabupaten Serang, yang sebelumnya divonis menderita tumor di lengan kirinya, mengembuskan napas terakhirnya pada Rabu (15/1/2025). Perjuangan panjang Haikal melawan penyakitnya berakhir setelah berbagai upaya medis dan pengobatan alternatif dilakukan.
Haikal pertama kali mengalami keluhan pada lengan kirinya setelah diduga terjatuh dari toren setinggi satu meter. Namun, ia tidak langsung menceritakan kejadian tersebut kepada keluarganya. Ayah Haikal mengungkapkan bahwa putranya tetap beraktivitas seperti biasa, termasuk berangkat sekolah menggunakan motor, hingga beberapa hari kemudian baru memberi tahu tentang insiden yang dialaminya.
“Dia nggak cerita kalau habis jatuh. Baru setelah beberapa hari dia mengeluh dan menceritakan kejadian itu,” ujar sang ayah saat ditemui di kediamannya, Sabtu (18/1/2025).
Haikal sempat menjalani perawatan di RSUD Banten selama empat hari. Dokter yang menangani menyarankan agar lengan kirinya diamputasi karena hasil pemeriksaan menunjukkan adanya tumor. Namun, keluarga menolak dan memilih untuk merujuk Haikal ke RSUD Dr. Adji Sudarmo di Lebak.
“Dokter menyarankan amputasi, tapi keluarga tidak setuju. Akhirnya kami putuskan untuk merujuk Haikal ke RSUD di Lebak,” tambahnya.
Selama seminggu dirawat di RSUD Dr. Adji Sudarmo, kondisi Haikal tidak menunjukkan perbaikan. Pihak rumah sakit kemudian menyarankan agar pasien dirujuk kembali ke RSUD Banten. Namun, keluarga memilih membawa pulang Haikal dan mencari pengobatan alternatif.
“Pihak rumah sakit bilang sudah nggak sanggup menangani dan menyarankan kembali ke RSUD Banten,” ungkap Aska, paman Haikal.
Lebih lanjut, Aska juga menyampaikan bahwa hingga saat ini, hasil laboratorium dari dua kali pengambilan darah Haikal belum keluar, sehingga tidak ada kepastian mengenai penyakit yang sebenarnya dideritanya.
“Hasil lab belum ada, tidak keluar sampai sekarang. Sementara penanganannya hanya dengan infus dan pemberian obat setiap hari,” katanya.
Haikal sempat dibawa ke kediaman kerabatnya di Citeras untuk menjalani pengobatan alternatif. Namun, kondisinya semakin memburuk akibat pendarahan yang tak kunjung berhenti, hingga akhirnya ia mengembuskan napas terakhirnya.
Kepergian Haikal menjadi duka mendalam bagi keluarga dan kerabatnya. Pihak keluarga berharap agar kejadian ini menjadi perhatian bagi dunia medis agar tidak ada lagi pasien yang mengalami keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan.
Tidak ada komentar